Dr. James Comer: Membangun sekolah inklusif melalui pendekatan komunitas.

Dr. James Comer: Membangun sekolah inklusif melalui pendekatan komunitas.

Dr. James Comer: Membangun sekolah inklusif melalui pendekatan komunitas

Dr. James P. Comer, seorang psikiater anak terkemuka dan profesor di Yale Child Study Center, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam reformasi pendidikan Amerika. Pada saat sistem pendidikan sering kali berfokus pada kurikulum kaku dan penilaian standar, Comer mengusulkan sebuah pendekatan revolusioner yang menempatkan perkembangan anak secara holistik, keterlibatan komunitas, dan lingkungan sekolah yang suportif sebagai inti keberhasilan. Melalui Program Pengembangan Sekolah (School Development Program - SDP) yang ia dirikan pada tahun 1968, Dr. Comer menunjukkan bahwa sekolah dapat menjadi pusat inklusi sejati yang memberdayakan semua siswa, terutama mereka yang berasal dari latar belakang kurang beruntung, dengan merangkul seluruh ekosistem komunitasnya.

Latar Belakang dan Tantangan Pendidikan

Pada pertengahan abad ke-20, sistem pendidikan di Amerika Serikat menghadapi tantangan besar, terutama dalam melayani anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan minoritas. Kesenjangan prestasi akademik semakin melebar, tingkat putus sekolah tinggi, dan masalah perilaku menjadi penghalang signifikan bagi pembelajaran. Banyak intervensi pendidikan saat itu cenderung bersifat "top-down," berfokus pada perubahan kurikulum atau metode pengajaran tanpa mengatasi akar masalah yang lebih dalam terkait dengan perkembangan anak, lingkungan keluarga, dan dinamika komunitas. Dr. Comer, dengan latar belakang psikiatri anak, menyadari bahwa masalah di sekolah sering kali bukan hanya masalah akademik, tetapi juga masalah sosial, emosional, dan perkembangan yang kompleks. Ia berpendapat bahwa anak-anak membutuhkan dukungan yang konsisten dan terkoordinasi dari orang dewasa di lingkungan mereka untuk tumbuh menjadi pembelajar yang cakap dan individu yang sehat.

Program Pengembangan Sekolah (School Development Program - SDP) Comer

SDP bukan sekadar program tambahan; ini adalah kerangka kerja komprehensif untuk mentransformasi budaya dan struktur sekolah. Filosofi inti SDP adalah bahwa anak-anak belajar paling baik ketika mereka merasa aman, didukung, dan dihargai, serta ketika kebutuhan perkembangan mereka dipenuhi. Ini memerlukan kolaborasi erat antara staf sekolah, orang tua, dan komunitas. Tiga mekanisme inti menjadi tulang punggung SDP:

1. Tim Perencanaan dan Manajemen Sekolah (School Planning and Management Team - SPMT)

Ini adalah inti dari pendekatan berbasis komunitas Comer. SPMT terdiri dari perwakilan guru, administrator, staf pendukung sekolah, dan yang terpenting, orang tua dan anggota komunitas. Tim ini bertanggung jawab untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi seluruh program sekolah. Mereka bekerja berdasarkan konsensus dan menggunakan pendekatan "tanpa menyalahkan" untuk memecahkan masalah. SPMT memastikan bahwa semua keputusan strategis dan operasional dibuat dengan mempertimbangkan perspektif yang beragam, menciptakan rasa kepemilikan bersama terhadap keberhasilan sekolah.

2. Program Orang Tua (Parents' Program)

Dr. Comer percaya bahwa orang tua adalah mitra penting dalam pendidikan anak-anak mereka. Program Orang Tua dirancang untuk melibatkan orang tua secara aktif dalam kehidupan sekolah, bukan hanya sebagai sukarelawan atau penerima informasi, tetapi sebagai pengambil keputusan yang signifikan. Ini mencakup lokakarya untuk meningkatkan keterampilan pengasuhan, kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan kelas, dan peran aktif dalam SPMT. Keterlibatan orang tua yang kuat membantu menjembatani kesenjangan antara rumah dan sekolah, memberikan konsistensi dukungan yang sangat dibutuhkan anak.

3. Tim Kesehatan Mental (Mental Health Team - MHT)

Mengakui bahwa masalah perilaku dan akademik sering kali berakar pada tantangan sosial dan emosional, SDP mengintegrasikan tim kesehatan mental ke dalam sekolah. MHT, yang terdiri dari psikolog sekolah, pekerja sosial, konselor, dan staf terkait lainnya, bekerja untuk mengidentifikasi dan mengatasi kebutuhan perkembangan siswa. Mereka menyediakan intervensi dini, konseling, dan dukungan untuk siswa dan keluarga, serta memberikan pelatihan kepada staf sekolah tentang pengembangan anak dan manajemen perilaku. Pendekatan ini memastikan bahwa sekolah tidak hanya fokus pada kognitif, tetapi juga pada kesejahteraan emosional dan sosial anak.

Dampak dan Warisan

SDP Comer pertama kali diterapkan di dua sekolah dasar di New Haven, Connecticut, pada tahun 1968, yang keduanya berkinerja sangat buruk. Dalam beberapa tahun, sekolah-sekolah ini menunjukkan peningkatan dramatis dalam prestasi akademik, penurunan masalah perilaku, peningkatan kehadiran siswa, dan peningkatan moral staf serta keterlibatan orang tua. Keberhasilan ini menarik perhatian nasional, dan SDP kemudian direplikasi di ratusan sekolah di seluruh Amerika Serikat dan bahkan di luar negeri.

Warisan Dr. Comer sangat mendalam. Ia adalah pelopor dalam gerakan pendidikan "whole child" (anak seutuhnya) dan menyoroti pentingnya pembelajaran sosial-emosional (SEL) jauh sebelum konsep-konsep ini menjadi arus utama. Ia menunjukkan bahwa perubahan transformatif di sekolah tidak memerlukan kurikulum baru yang mahal, melainkan perubahan dalam cara orang dewasa berinteraksi satu sama lain dan dengan anak-anak. Pendekatannya menegaskan bahwa sekolah adalah sistem sosial yang kompleks, dan untuk berhasil, mereka harus berfungsi sebagai komunitas yang kohesif dan suportif. Prinsip-prinsip SDP terus relevan dalam diskusi modern tentang sekolah komunitas, kesetaraan pendidikan, dan pentingnya kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Kesimpulan

Dr. James Comer bukan hanya seorang reformis pendidikan; ia adalah seorang visioner yang mengubah cara kita memandang peran sekolah. Melalui Program Pengembangan Sekolah-nya, ia secara empiris membuktikan bahwa dengan membangun konsensus di antara orang dewasa, memprioritaskan perkembangan anak secara holistik, dan secara aktif melibatkan seluruh komunitas, sekolah dapat menjadi tempat di mana setiap anak merasa dihargai, didukung, dan berdaya untuk mencapai potensi penuh mereka. Pendekatannya yang berbasis komunitas telah membangun fondasi bagi sekolah-sekolah inklusif yang sejati, di mana pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi tentang memupuk individu yang sehat, resilien, dan siap menghadapi dunia. Warisannya tetap menjadi mercusuar harapan dan panduan praktis bagi siapa pun yang bercita-cita untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan efektif.

Komentar (0)

Silakan login terlebih dahulu untuk menulis komentar.

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama berkomentar!

Promo
mari buat perangkat pembelajaran Anda dengan 200 poin gratis.